Allah SWT telah memilih Nabi Ibrahim berada dari golongan orang yang
beriman kepadaNya. Walaupun dilahir dan dibesarkan bukan didalam
keluarga yang beriman kepada Allah, bapanya Azar menyembah berhala,
Baginda tetap merasakan bahawa dengan menyembah berhala itu adalah salah
dan sesat. Allah menjadikan Ibrahim seorang yan bijak menilai. Dicampak
Allah akan rasa logik akal yang memnyembah patung itu adalah sia-sia.
Sedangkan patung itu sendiri dibuat oleh tangan-tangan manusia, bahkan
patung itu juga tidak dapat berbuat apa-apa. Didatangi fitrah manusia
akan rasa ingin menyembah Pencipta, suatu malam Ibrahim merasakan bahawa
bintang di langitlah penciptanya, namun bila tiba hari yang terang,
maka hilanglah bintang tersebut. Oleh sebab itu, ketahuilah Ibrahim yang
bintang itu bukanlah pencipta kerana ia hilang setelah muncul pada
waktu malam. Sesungguhnya pencipta itu tidaklah sekejap ada sekejap
hilang. Dari situlah Allah SWT. memberi hidayah kepada Ibrahim as.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat
mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang
nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka
perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi
Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat
yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang
sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera
yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan
oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan
penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban
dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang
seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam
bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan
cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda
dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan
melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan
perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai
dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan
kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak
membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail
puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah
diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah
untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah
perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan
bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud
kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata
kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah
diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah
sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta
dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat
supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar
menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan
menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya,
ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan
penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat
dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah
kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan
tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera
tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi
Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang
taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan
dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah
parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di
tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah
memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya,
seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara
perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di
satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang
diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan
tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata
menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan
bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada
Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat
itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah
sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam
memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan
menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi
seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah
ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai
hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku
dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu
tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail
walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari
belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya
menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan
firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan
."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu,
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah
tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh
beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan
inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam
pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.